Senin, 21 Maret 2016

biodata p.hedi

    biodata njenenganterlahirlah seorang bayi laki laki mungil sekarang dia berprofesi sebagai guru di jk bernama HEDI PRAMUKTIONO . orangnya baik hati dan disukai banyak murid

bio data q

Biodata q
ada seorang anak lahir di kediri 27 mei 2001 namanya firda nur aini biasa dim panggiul firda alamat boto putih canggu badas dan sekarang ia sekolah di mtsn jombang kauman dan di ponpes fathul ulum
      





imam naawawi

fi Ringkas Imam Nawawi

Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria. Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq …

16816 69
Imam Nawawi Biografi Imam Nawawi Imam Nawawi Biografi Biodata Imam Nawawi Sejarah Imam Nawawi
Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria. Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damascus) yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Beliau dididik oleh ayah beliau yang terkenal dengan kesalehan dan ketakwaan. Beliau mulai belajar di katatib (tempat belajar baca tulis untuk anak-anak) dan hafal Al-Quran sebelum menginjak usia baligh.

Ketika berumur sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian ayah dan guru beliaupun menjadi semakin besar.
An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilmi-nya ke Dimasyq dengan menghadiri halaqah-halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah di dekat Al-Jami’ Al-Umawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Ia pun mengungguli teman-temannya yang lain. Ia berkata: “Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya, baik penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah memberikan barakah dalam waktuku.” [Syadzaratudz Dzahab 5/355].
Diantara syaikh beliau: Abul Baqa’ An-Nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy, Abu Ishaq Al-Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-Maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid beliau: Ibnul ‘Aththar Asy-Syafi’iy, Abul Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib Asy-Syafi’iy, Abul ‘Abbas Al-Isybiliy dan Ibnu ‘Abdil Hadi.
Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian ia pergi ke Madinah dan menetap disana selama satu setengah bulan lalu kembali ke Dimasyq. Pada tahun 665 H ia mengajar di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah (Dimasyq) dan menolak untuk mengambil gaji.
Beliau digelari Muhyiddin (yang menghidupkan agama) dan membenci gelar ini karena tawadhu’ beliau. Disamping itu, agama islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orang-orang yang meremehkannya atau meninggalkannya. Diriwayatkan bahwa beliau berkata: “Aku tidak akan memaafkan orang yang menggelariku Muhyiddin.”
Imam An-Nawawi adalah seorang yang zuhud, wara’ dan bertaqwa. Beliau sederhana, qana’ah dan berwibawa. Beliau menggunakan banyak waktu beliau dalam ketaatan. Sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis. Beliau juga menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa, dengan cara yang telah digariskan Islam. Beliau menulis surat berisi nasehat untuk pemerintah dengan bahasa yang halus sekali. Suatu ketika beliau dipanggil oleh raja Azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Datanglah beliau yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana. Raja pun meremehkannya dan berkata: “Tandatanganilah fatwa ini!!” Beliau membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan. Raja marah dan berkata: “Kenapa !?” Beliau menjawab: “Karena berisi kedhaliman yang nyata.” Raja semakin marah dan berkata: “Pecat ia dari semua jabatannya!” Para pembantu raja berkata: “Ia tidak punya jabatan sama sekali.” Raja ingin membunuhnya tapi Allah menghalanginya. Raja ditanya: “Kenapa tidak engkau bunuh dia padahal sudah bersikap demikian kepada Tuan?” Raj apun menjawab: “Demi Allah, aku sangat segan padanya.”
Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya:
  1. Dalam bidang hadits: Arba’in, Riyadhush Shalihin, Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan Al-Basyirin Nadzir.
  2. Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’.
  3. Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma’ wal Lughat.
  4. Dalam bidang akhlak: At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-Adzkar.
Kitab-kitab ini dikenal secara luas termasuk oleh orang awam dan memberikan manfaat yang besar sekali untuk umat. Ini semua tidak lain karena taufik dari Allah Ta’ala, kemudian keikhlasan dan kesungguhan beliau dalam berjuang.
Secara umum beliau termasuk salafi dan berpegang teguh pada manhaj ahlul hadits, tidak terjerumus dalam filsafat dan berusaha meneladani generasi awal umat dan menulis bantahan untuk ahlul bid’ah yang menyelisihi mereka. Namun beliau tidak ma’shum (terlepas dari kesalahan) dan jatuh dalam kesalahan yang banyak terjadi pada uluma-ulama di zaman beliau yaitu kesalahan dalam masalah sifat-sifat Allah Subhanah. Beliau kadang men-ta’wil dan kadang-kadang tafwidh. Orang yang memperhatikan kitab-kitab beliau akan mendapatkan bahwa beliau bukanlah muhaqqiq dalam bab ini, tidak seperti dalam cabang ilmu yang lain. Dalam bab ini beliau banyak mendasarkan pendapat beliau pada nukilan-nukilan dari para ulama tanpa mengomentarinya.
Adapun memvonis Imam Nawawi sebagai Asy’ari, itu tidak benar karena beliau banyak menyelisihi mereka (orang-orang Asy’ari) dalam masalah-masalah aqidah yang lain seperti ziyadatul iman dan khalqu af’alil ‘ibad. Karya-karya beliau tetap dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari, dengan berhati-hati terhadap kesalahan-kesalahan yang ada. Tidak boleh bersikap seperti kaum Haddadiyyun yang membakar kitab-kitab karya beliau karena adanya beberapa kesalahan di dalamnya.
Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa kerajaan Saudi ditanya tentang aqidah beliau dan menjawab: “Lahu aghlaath fish shifat” (Beliau memiliki beberapa kesalahan dalam bab sifat-sifat Allah).
Imam Nawawi meninggal pada 24 Rajab 676 H –rahimahullah wa ghafara lahu-.
Catatan: Lihat biografi beliau di Tadzkiratul Huffazh 4/1470, Thabaqat Asy-Syafi’iyyah Al-Kubra 8/395, dan Syadzaratudz Dzahab 5/354
***
Disusun Oleh: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc.
Artikel www.muslim.or.idbiografi imam nawawi

abunawas

    

Cara Cerdik Menangkap Pencuri

Pada suatu hari, kota Baghdad digemparkan dengan pencurian di rumah saudagar kaya raya dan ada sebanyak uang seratus dinar lenyap digonddol maling.

Nampaknya maling tersebut sangat profesional. Buktinya saja sudah banyak petugas dikerahkan untuk mengejar pencuri itu, namun si maling tak kunjung ketangkap.

Sang saudagar kaya raya semakin gusar dibuatnya. Bagaimana tidak, sudah uangnya diambil kemudian ada rasa penasaran sebenarnya siapa pencuri lihai tersebut.

Hebatnya, tak ada satu pun pertanda yang bisa dilanjutkan sebagai bahan penyelidikan lebih lanjut. Bahkan meskipun telah mendesak pejabat setempat, tetap saja hasilnya nihil.

Pengumuman dan Sayembara


Pada akhirnya, sang saudagar membuat keputusan, barangsiapa yang mencuri hartanya dan dia mau mengembalikan, maka dia akan mendapatkan hak separuh dari harta yang dicuri tersebut.

Namun meskipun sudah diberikan pengumuman tersebut, si pencuri tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Bahkan si pencuri ini merasa nyaman dan aman karena tak satupun orang yang mengetahui ulahnya.

Tidak putus asa, sang saudagar akhirnya membuat sayembara baru. Barang siapa yang berhasil mendapatkan pencuri tersebut, maka dia akan mendapatkan seluruh harta tersebut.

Tentu saja sayembara ini sangat menarik warga Baghdad. Banyak sekali orang yang mendaftar untuk ikut andil bagian, termasuk si pencuri itu sendiri.


Awalnya si pencuri berniat untuk meninggalkan kota Baghdad dengan membawa harta curiannya. Namun setelah dipikir-pikir, kepergiannya hanya akan membuka aibnya.





Oleh karena itu, si pencuri mencoba bertahan di kota dengan ikut-ikutan menjadi peserta sayembara. Dia semakin merasa aman saat berkumpul dengan peserta sayembara.

Dia sangat yakin kedoknya tidak akan terbongkar.

Tongkat Ajaib


Begitu melihat hasil yang belum jelas terlihat dari sayembara yang sudah dibukanya, sang saudagar akhirnya mendesak sang hakim untuk mendatangkan Abu Nawas.

Namun sayangnya, Abu Nawas pada hari itu sedang berada di Damaskus dan baru bisa pulang pada esok harinya. Semua harapan bertumpu pada Abu Nawas.

Kasak kusuk begitu genjar di kalangan warga, mereka menebak apakah Abu Nawas mampu menguak teka-teki tersebut. Sementara itu, si pencuri hatinya menjadi ciut karena dia tahu bagaimana kemampuan Abu Nawas dalam memecahkan masalah.






Pada keesokan harinya, Abu Nawas datang dengan membawa tongkat banyak sekali. Dan kemudian dia membagikan tongkat-tongkat tersebut kepada semua yang hadir sambil berpesan.

"Tongkat-tongkat ibi sudah saya mantrai, kalian bawa pulang. Besok bawa kembali ke sini. Jika salah satu diantara kalian pencurinya, maka tongkat akan bertambah satu telunjuk. Yang bukan pencuri, maka tidak usah khawatir, "ujar Abu Nawas.

Kemudian semua warga pulang dan si pecuri bingung bagaimana bisa lolos di esok hari. Setelah memeras otak, dia memutuskan untuk memotong tongkat tersebut sepanjang telunjuk jarinya.

Benar.
Keesokan harinya, semua warga berkumpul dan mengembalikan tongkat kepada Abu Nawas. Pada saat menerima tongkat dari pencuri tersebut, Abu Nawas langsung menangkapnya karena tongkatnya menjadi lebih pendek.

Kemudian si pencuri diadili dengan seadil-adilnya. Akhirnya Abu Nawas berhak menerima uang 100 dinar tersebut. Namun uang tersebut dibagikan kepada fakir miskin di kota Baghda                                                                                                  kisahhabunawas.https//com

Minggu, 20 Maret 2016

sulam taufiq

.:: SULLAM AT-TAUFIQ ::.

:: DAFTAR ISI KITAB ::
.: Pasal 2   : Murtad
.: Pasal 3   : Hukum Murtad
.: Pasal 4   : Melaksanakan Kewajiban dan Meninggalkan Hal-Hal Yang Diharamkan
.: Pasal 5   : Waktu-Waktu Sholat Fardhu
.: Pasal 6   : Kewajiban Pemimpin
.: Pasal 7   : Fardhu Wudhu
.: Pasal 8   : Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu
.: Pasal 9   : Istinja (Bersuci)
.: Pasal 10 : Hal-Hal Yang Mewajibkan Mandi
.: Pasal 11 : Syarat-Syarat Bersuci
.: Pasal 12 : Hal-Hal Yang Diharamkan Bagi Orang Yang Berhadats
.: Pasal 13 : Najis Dan Cara-Cara Mensucikannya
.: Pasal 14 : Syarat-Syarat Sholat
.: Pasal 15 : Hal-Hal Yang Membatalkan Sholat
.: Pasal 16 : Syarat Diterimanya Sholat
.: Pasal 17 : Rukun Sholat
.: Pasal 18 : Sholat Berjama'ah
.: Pasal 19 : Syarat Berjama'ah
.: Pasal 20 : Mengurus Mayat
.: Pasal 21 : Zakat
.: Pasal 22 : Puasa (Shaum)
.: Pasal 23 : Ibadah Haji
.: Pasal 24 :Memelihara Hukum Halal dan Haram dalam Mu'amalah dan Munakahat
.: Pasal 25 : Jual-Beli yang Dilarang
.: Pasal 26 : Nafkah Keluarga
.: Pasal 27 : Sifat-Sifat Terpuji dan Tercela
.: Pasal 28 : Maksiat Hati
.: Pasal 29 : Maksiat Perut
.: Pasal 30 : Maksiat Mata
.: Pasal 31 : Maksiat Lisan
.: Pasal 32 : Maksiat Telinga
.: Pasal 33 : Maksiat Tangan
.: Pasal 34 : Maksiat Kelamin
.: Pasal 35 : Maksiat Kaki
.: Pasal 36 : Maksiat Badan
.: Pasal 37 : Tobat dari Dosa






.: MUQODDIMAH :.

بسم الله الر حمن الر حيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi MAha Penyayang. (Dialah Dzat yang telah memberi nikmat kepada kita, baik nikmat yang disertai dengan usaha kita maupun tidak. Dengan kemurahan-Nya melengkapi anggota tubuh kita yang sangat banyak gunanya dan penuh dengan rahasia yang sangat mendalam).
الحمد لله رب العالمين
Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. (Perlu diketahui bahwa puji itu ada empat macam, yaitu : puji Allah kepada Dzat-Nya, puji makhluk kepada-Nya, puji Allah kepada makhluk-Nya dan puji makhluk terhadap makhluk. Semua itu pada hakikatnya kembali kepada Allah juga, sebab Dialah yang menciptakannya).
وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وسلم وعلى اله وصحبه والتابعين
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa. Tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi, bahwa Nabi Muhammad itu hamba dan utusan-Nya. Rahmat dan kebahagiaan semoga dilimpahkan kepadanya dan seluruh keluarga, para sahabat serta pengikutnya.
أما بعد فهذا جزء لطيف يسره الله تعالى فيما يجب تعلمه وتعليمه والعمل به للخص والعام
Amma Ba'du :
Buku ini merupakan sebagian kecil yang pelik, yang menerangkan perkara yang wajib dikaji dan dipelajari serta diamalkan bagi orang yang mengerti maupun yang belum memahaminya. Semoga Allah SWT memudahkanny, amiiin.
والواجب ماوعد الله فاعله بالثواب وتوعد تاركه بالعقاب
Yang disebut wajib ialah setiap perkara yang Allah telah menjanjikan pahala bagi orang yang mengerjakan dan meninggalkannya akan mendapatkan siksa.
أسأل الله الكريم أن يجعل ذالك منه وله وفيه وإليه وموجبا للقرب والزلفى لديه
Aku namai kitab ini dengan Sullamut Taufiq yang artinya tangga pertolongan untuk mencintai Allah dengan sebenar-benarnya. Aku memohon kepada Allah SWT, semoga buku ini mendapat ridha-Nya. Ia jadikan sebagai amal sholeh yang dapat meraih pahala yang ada di sisi-Nya dan menjadi sebab untuk mendekatkan diri (taqorrub) kepada-Nya serta mendapat tempat di haribaan-Nya kelak.
وأن يوفق من وقف عليه بالعمل بمقتضاه ثم الترقى بالتودد بالنوافل ليحوز حبه وولاه
Semoga Allah menolong orang yang menelaah kitab ini untuk mengamalkan tujuan dan isinya, melaksanakan kewajiban serta meninggalkan segala larangan Allah, menyukai pekerjaan yang sunah agar ia mendapatkan cinta Allah dan pertolongan-Nya.
Keterangan :
Barang siapa yang telah mampu meningkatkan amal ibadahnya dari yang wajib sampai yang sunah, maka Allah berfirman dalam hadits Qudsi : 
لايزال العبد يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذى يسمع به ويبصره الذى يبصربه ولسانه الذى ينطق به ويده التى يبطش بها ورجله التى يمشى بها
"Seorang hamba yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan mengerjakan sunah sehingga Aku mencintainya, maka bila aku telah mencintai dia, Akulah yang menjaga pendengarannya bila ia mendengar, menjaga penglihatannya bila ia melihat, menjaga lisannya bila ia mengucap, mejaga tangannya bila ia akan menempeleng dan menjaga kakinya bila ia melangkah."
Maksudnya : Akulah (Allah SWT) yang menjaga pendengarannya, lisannya, penglihatannya, tangan dan kakinya dari suatu maksud yang tidak Aku (Allah) ridhai. Demikian penjelasan Syekh Ahmad Nahrawi.
Pengarang

Prev                                         Daftar Isi                                      Next
Daftar Isi                                  Keatas                                         Pasal 1








:: PASAL 1 ::
.: SIFAT-SIFAT ALLAH DAN ROSUL-NYA :.


فصل : يجب على كافة المكلفين الدخول فى دين الإسلام والثبوت فيه على الدوام والتزام مالزم عليه من الأحكام
Setiap orang yang telah dewasa (mukallaf) wajib memasuki atau memeluk agama Islam dan tetap dalam agama itu untuk selama-lamanya serta melaksanakan segala kewajiban yang berkenaan dengan hukum-hukumnya.

Keterangan :
Hukum Islam itu ada lima perkara, yaitu :
  1. Wajib, ialah setiap perkara yang harus dilaksanakan . Mendapat pahala bila dikerjakan dan mendapat siksa bila ditinggalkan.
  2. Haram, ialah kebalikan dari wajib. Bila ditinggalkan berpahala dan bila dikerjakan mendapat siksa atau berdosa.
  3. Sunnah, ialah setiap perkara yang baik dikerjakan. Bila dikerjakan berpahala dan bila ditinggalkan tidak berdosa.
  4. Makruh, ialah kebalikan dari sunnah. Bila dikerjakan tidak berdosa dan bila ditinggalkan berpahala.
  5. Mubah, ialah setiap perkara yang boleh dikerjakan dan boleh tidak dikerjakan.
فمما يجب علمه واعتقاده مطلقا والنطق به فى الحال إن كان كافرا والا ففى الصلاة الشهادتان وهما  أشهد أن لاإله الا الله وأشهد أن محمدا رسول الله صلى الله عليه وسلم
 Diantara perkara yang wajib diketahui dan dipercayai secara mutlak ialah membaca dua kalimah syahadat. Yaitu Asyhadu allaa ilaaha illallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah). Dan wajib mengucapkan kalimat tersebut seketika itu juga bila orang itu kafir, namun bila bukan kafir, maka cukup membacanya dalam sholat saja.

Keterangan :
Dua kalimah syahadat itu wajib diucapkan dengan lisan dan dii'tikadkan dalam hati. Apabila orang pernah membacanya, dianggap orang Islam, meskipun belum mengerjakan kewajiban lainnya.

ومعنى أشهد أن لاإله الا الله أن تعلم وتعتقد وتؤمن وتصدق أن لا معبود بحق فى الوجود إلا الله الواحد الأحد الأول القديم الحي القيوم الباقي الدائم الخالق الرازق العالم القدير الفعال لمايريد
Makna aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah ialah hendaknya kamu mengetahui, mempercayai, beriman dan membenarkan bahwa tiada yang wajib disembah di alam wujud ini selain Allah Yang Maha Esa (tidak terdiri dari beberapa bagian dan tidak dapat dibagi-bagi Dzat maupun sifat-Nya serta tidak bertempat tinggal seperti makhluknya), Dia yang Maha Awal (yang tiada permulaan bagi keberadaan-Nya), yang Qadiim, Yang Hidup, Yang Berdiri Sendiri (yakni tidak membutuhkan sesuatudari yang lain-Nya, tidak bergantung kepada selain-Nya, sebaliknya segala sesuatu membutuhkan dan sangat bergantung kepada-Nya), Yang Maha Kekal (tiada akhir atau ujungnya), Yang Maha Abadi (tidak berubah oleh perubahan waktu atau iklim), Yang Menciptakan semua makhluk, Yang Maha Pemberi Rizki (kepada setiap makhluk yang hidup, baik untuk kepentingan lahir maupun batinnya, seperti keyakinan dan akidahnya), Yang Maha Mengetahui (segala makhluk-Nya, dimanapun ia berada tanpa didahului oleh ketidaktahuan), Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang Mampu Membuat segala sesuatu yang dikehendaki-Nya (tiada yang dapat menghalangi atau merintangi dan menghambat-Nya).
ماشاء الله كان ومالم يشألم يكن ولاحول ولاقوة الا بالله العلي العظيم
Setiap perkara yang Allah kehendaki, pasti terjadi dan setiap perkara yang tidak dikehendaki-Nya pasti tak akan terjadi. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
موصوف بكل كمال منزه عن كل نقص ليس كمثله شيئ وهو السميع البصير
Ia bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan Maha Suci dari segala sifat kekurangan. Tiada sesuatu perkarapun yang menyerupai-Nya. Ia Maha Mendengar (akan segala sesuatu tanpa terpengaruh oleh gemuruh dimanapun adanya, meski dalam satu detik, terdengar oleh-Nya). Ia Maha Melihat (akan segala perkara yang besar maupun yang kecil sekecil apapun dan tidak terhalang oleh sesuatu , meskipun berupa getaran hati kita).
وهو القديم وما سواه حادث وهو الخالق وما سواه مخلوق
Ia dzat yang Qadiim yang tiada permulaannya dan tidak diciptakan oleh siapapun. Ia berada dengan sendirinya dan segala sesuatu selain Allah adalah baru (yakni adanya sesudah tidak ada dan ada yang mengadakannya, tidak timbul dengan sendirinya). Ia Dzat yang mencipta  dan selain-Nya adalah makhluk (yang dicipta).
وكلامه قديم كسائر صفاته لأنه سبحانه مباين لجميع المخلوقات فى الذات والصفات والأفعال سبحانه وتعالى عما يقول الظالمون علوا كبيرا
Perkataan Allah itu Qadiim seperti semua sifat-Nya (sebagaimana Dzat-Nya pun Qadiim, sebab sifat itu selalu beserta dzat. Seperti putihnya kain, selalu melekat pada kainnya). Karena sesungguhnya Allah itu Maha Suci, berbeda dengan seluruh makhluk-Nya, dalam dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Maha Suci Allah dan Maha Luhur dari perkataan (anggapan) orang-orang yang zhalim. (diantara mereka ada yang beranggapan bahwa Allah itu berjalan, beranak atau beristri atau sebagainya).
ومعنى أشهد أن محمدا رسول الله أن تعلم وتعتقد وتصدق وتؤمن أن سيدنا ونبينا محمد بن عبد الله ابن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف القرشي صلى الله عليه وسلم عبد الله ورسوله إلى جميع الخلق
Adapun makna "Aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rosulullah", yaitu bahwa kamu harus mengetahui, mempercayai, membenarkan dan beriman bahwa Yang Mulia Nabi kita Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf dari suku bangsa Quraisy itu adalah hamba Allah dan utusan-Nya untuk semua makhluk (termasuk manusia dan jin).
     
ولد بمكة وبعث بها وهاجر إلى المدينة ودفن فيها
Ia dilahirkan di Makkah, lalu diangkat sebagai Rasulullah di sana kemudian beliau hijrah ke Madinah dan wafat di sana.
وأنه صلى الله عليه وسلم صادق فى جميع ما أخبربه, فمن ذالك عذاب القبر ونعيمه وسؤال الملكين منكر ونكير
Kamu wajib membenarkan segala berita yang dibawa (disampaikannya) baik mengenai kerasulannya, hal-hal yang ghaib atau keimanan dan hukum syariat yang dipraktekannya, sebab tidak muncul dari hawa nafsunya, tetapi atas petunjuk Allah. Dan sejak kecil Beliau terkenal sebagai orang yang jujur, tidak pernah berdusta. Ia bukan sembarang orang, ia manusia pilihan.
Diantara berita yang dibawanya ialah :
  1. Mengenai siksa kubur (bagi orang yang durhaka), dan nikmatnya (bagi orang yang bertaqwa). Itu permulaan balasan Allah. Perlu diketahui, , bahwa alam kubur itu bukan kuburan, melainkan alam sesudah mati, alam antara dunia dan akhirat, disebut juga alam barzakh. Setiap orang yang mati meskipun tidak dimasukkan ke lubang lahat (kuburan) seperti hangus terbakar, ditelan binatang buas dan sebagainya, pasti masuk ke alam kubur (barzakh) dan menerima siksa atau nikmat kubur. Hal tersebut bergantung kepada amal perbuatannya, sebab rohnya tetap hidup, sedangkan roh itulah yang menimbulkan rasa senang atau susah, sakit atau tidak.
  2. Pemeriksaan dua malaikat utusan Allah yaitu Munkar dan Nakir (mereka bertanya pada setiap mayat tentang Tuhannya, Nabinya, Imamnya, Kiblatnya dan Ikhwannya). Ketika mayat ditanya oleh kedua malaikat, ia merasa sebagaimana orang hidup, dapat mendengar, mempunyai rasa takut atau gembira. Untuk membenarkan kejadian itu Allah telah memberi contoh kepada kita dengan mimpi, meskipun jasad kita tidur, akan tetapi apa yang kita mimpikan terasa seperti saat terjaga saja. 
والبعث والحشر والقيامة والحساب والثواب والعذاب والميزان
  1. Ba'ats, (yaitu seluruh makhluk yang bernyawa dihidupkan kembali dari kuburannya pada hari kiamat kelak). Saat itu semua bagian badan manusia yang telah hancur berantakan, baik dalam kuburannya maupun yang sudah hancur dalam perut binatang atau hangus dibakar dan sebagainya, akan utuh kembali dan bersatu seperti pada waktu hidupnya di dunia.
  2. Hasyar, (yaitu seluruh makhluk dikumpulkan di suatu tempat yang disebut mauqif untuk menerima keputusan dari Mahkamah Maha Agung Allah Yang Gagah Perkasa lagi Maha Adil).
                    Firman Allah SWT :
حتى إذا جاءوها شهد عليهم سمعهم وأبصارهم وجلودهم بما كانوا يعملون , فصلت : 20
" Sehingga apabila mereka sampai ke sana, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S Fushilat : 20)
وقالوا لجلودهم لم شهدتم عليناط قالوا أنطقنا الله الذى أنطق كل شيء وهو خلقكم أول مرة وإليه ترجعون ، فصلت:21
" Dan mereka bertanya kepada kulit mereka : Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami ? Jawab kulit mereka : Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata, telah pula menjadikan kami pandai berkata atau bicara dan Dialah (Allah) yang telah menciptakan kamu pada pertama kali (di dunia) dan hanya kepada-Nyalah kamu sekalian dikembalikan." (Q.S Fushilat :21) 
  1. Kiamat, (yaitu saat dihancurkannya seluruh alam ini sehingga tiada yang kekal selain Allah Dzat Yang Maha Agung). Perlu diketahui, bahwa hancurkan alam semesta ini dengan tiupan Malaikat Israfil. Dengan tiupannya itu jagat raya ini mengalami keguncangan yang maha hebat, gunung-gunung menjadi rata, matahari dan bintang-bintang berantakan. Setelah melewati waktu 40 tahun , Allah menghidupkan lagi malaikat Israfil, Jibril dan Mikail, lalu malaikat Israfil meniup sangkakala, sehingga makhluk yang telah mati itu dihidupkan kembali.
  2. Hisaban, (yaitu pemerikasaan dan perhitungan seluruh amal perbuatan manusia yang baik maupun yang jelek, dengan terinci tiada yang terlewat sedikit pun, sebab semuanya tercatat dalam buku catatan amal, hasil kerja Malaikat Raqib dan 'Atid).
  3. Tsawab, (yaitu pahala yang amat besar serta kekal bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bertaqwa kepada Allah. Mereka mendapat rahmat dan keridhaan Allah dan syafaat Nabi Muhammad SAW).
  4. Adzab, (yaitu siksaan Allah dengan api neraka). Tempat tinggal, pakaian, makanan, minuman dan segala sesuatunya dari api. Siksaan itu kekal bagi orang yang kafir dan munafik, juga untuk sementara waktu bagi orang mukmin yang berdosa, yakni yang amal maksiatnya lebih banyak daripada amal sholehnya.
  5. Mizan, (yaitu timbangan amal perbuatan manusia). Amal perbuatan manusia dan jin itu selain dihisab , juga ditimbang. Kalau amal sholehnya lebih berat tentu masuk ke surga, sedangkan kalau dosanya lebih berat tentu masuk neraka.
والنار والصراط والحوض والشفاعة والجنة والخلود والرؤية لله تعالى فى الجنة
  1. Neraka, (yaitu tempat siksaan yang maha dahsyat dan hebat). Neraka itu mempunyai tujuh tingkatan, yaitu :
                a. Jahannam (yang apling atas)            e. Saqar
                b. Lazha                                             f. Jahim
                c. Huthamah                                       g. Hawiyah (yang terbawah)
                d. Sa'ir
  1. Shirath, (yaitu jembatan di atas neraka jahannam, permulaannya di Mauqif dan ujungnya di pintu surga. Jembatan itu lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pisau cukur. Bisa atau tidaknya orang melewatinya bergantung kepada amal perbuatannya, bukan bergantung kepada kepintaran atau ketangkasan meloncatinya). Orang yang pertama melewatinya ialah Nabi Muhammad dan dengan sekejap mata saja sudah sampai ke pintu surga. Kemudian disusul oleh orang-orang yang tidak mempunyai dosa dan cepat atau tidaknya bergantung banyak sedikit amal sholehnya. Ada yang seperti kecepatan angin, ada yang seperti burung terbang, ada yang seperti kuda berlari, ada yang seperti berlari, berjalan kaki, ada yang merangkak, ada yang menunggang masjid atau binatang yang mereka kurbankan. Dan ada pula yang jatuh langsung ke tengah-tengah api neraka. Perlu diketahui, bahwa kecepatan melewati shirath itu bergantung pada banyaknya beramal sholeh.
  2. Haudh, (yaitu telaga milik Nabi Muhammad SAW, yang luasnya ribuan kilometer persegi), menurut hadits seukuran Shan'a di Yaman dan Syam di Damsyiq (Suriah). Wanginya lebih semerbak daripada minyak kesturi dan warnanya bermacam-macam sebanyak minuman surga. Setiap orang yang bisa melewati Shirath (jembatan) itu akan meminum airnya, lalu dimasukkan ke dalam surga yang kekal abadi.
  3. Syafa'at, (yaitu pembelaan para Nabi Allah kepada umatnya atau pembelaan para wali, para Ulama' dan para Sholihin terhadap orang yang berdosa). Syafaat yang paling besar, ialah syafaat Nabi Muhammad SAW kepada seluruh manusia ketika akan menghadapi hisaban amal. Hisaban tersebut disebut paling besar atau 'Uzhma, sebab meliputi seluruh makhluk yang mukmin dan kafir.


 alasror.tripod.com/fiqih.htp

fathul qorib

Terjemah Fathul Qorib, Fiqih Madzhab Syafi’i, bagian 1

PENGANTAR
Pujian dan sanjungan hanya hak dan milik Alloh yang telah berfirman : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al An’aam : 115). Benar dalam seluruh beritanya dan adil dalam setiap perintah dan laranganNya.
Sholawat dan salam bagi kekasih Ar Rohman; Muhammad bin Abdillah yang telah bersabda : “Barangsiapa yang dikendaki baiknya oleh Alloh Ta’ala, maka Dia Ta’ala akan memfaqihkan dia pada agama”.
Tulisan yang akan kami sajikan kehadapan pembaca merupakan kitab fiqih dalam Madzhab Imam As Syafi’i rohimahulloh, yakni kitab FATHUL QORIB AL MUJIB FI SYARHI ALFADZI AT TAQRIB . Kami akan tampilkan secara bertahap, sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya saya berharap bisa memberikan gambaran secara utuh lagi umum tentang fiqih Madzhab. Amin.

Metode yang saya kerjakan sangatlah sederhana, yakni :
  1. Menterjemahkan kitab, dengan memberi tanda […] pada matan asli yakni kitab At Taqriib dan membiarkannya tanpa tanda […] untuk terjemah syarh/penjelasan.
  2. Memberi catatan pada beberapa kalimat yang Alloh Ta’ala taqdirkan mudah bagiku. Catatan ini terkadang berupa
    a. Menyebutkan pengertian dan penjelasan ringkas.
    b. Penyebutan dalil yang menjadi saksi bagi permasalahan atau pendapat tersebut.
    c. Penetapan pendapat yang kuat pada suatu permasalahan, hal ini dilakukan ketika pendapat madzhab merupakan
    pendapat lemah secara tinjuan dalil  dan alasan.
Demikian pengantar ini saya sampaikan, semoga pekerjaan ini menjadi amal sahalih bagi penulis, pensyarah, penerjemah dan seluruh pembaca. Amin.
Sholawat dan salam bagi Rosululloh, keluarga, sahabat dan seluruh manusia yang menempuh sunnah-nya. Aamiin.
***
بسم الله الرحمن الرحيم
Syaikh[1] Al Imam[2] Al ‘Alim Al ‘Alamah[3] Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qosim As Syafi’i –Semoga Alloh melimpahkan rahmat dan keridlhoannya[4], amin– berkata :
Seluruh pujian hanya hak Alloh, memulainya dengan hamdalah karena berharap berkah, karena merupakan permulaan setiap urusan yang penting, penutup setiap puji yang diijabah, dan akhir ungkapan orang-orang mu’min di surga, kampung pahala. Aku memujiNya yang telah memberikan taufiq kepada setiap yang Dia kehendaki dari kalangan para hambanya, untuk tafaquh di dalam Agama sesuai dengan yang dikehendakiNya.  Aku bersholawat dan memohonkan keselamatan bagi makhluk termulia, Muhammad penghulu para utusan, yang bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللّهُ بهِ خَيْراً يُفَقِّهْهُ فِي الدِّين
“Barangsiapa yang Alloh kehendaki kebaikannya maka Dia Ta’ala akan memahamkannya pada agama” (HR. Bukhori[71], Muslim[1037]), demikian pula sholawat dan salam bagi seluruh pengikut dan sahabatnya, selama ada orang-orang yang berdzikir dan adanya orang-orang yang lalai.
Kemudian, kitab ini sangatlah ringkas dan runtut, kitab ini saya berinama At Taqrib, dengan harapan para pemula bisa mengambil manfa’at dalam masalah cabang syari’at dan agama, dan supaya menjadi media bagi kebahagiaanku pada hari pembalasan, serta bermanfa’at bagi para hambanya dari orang-orang Islam. Sesungguhnya Dia maha Mendengar permintaan hambanya, Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan, orang yang memaksudkanNya tidak akan sia-sia “Jika hambaku bertanya kepada mu, maka sesungguhnya Aku sangatlah Dekat”. (QS. Al Baqoroh : 186).
Ketahuilah!, dalam sebagian naskah kitab pada muqoddimahnya terkadang penamaanya dengan AT TAQRIB dan terkadang pula dengan GHOYATUL IKHTISHOR, oleh karena itu saya pun manamainya dengan dua nama, pertama FATHUL QORIB AL MUJIB FI SYARHI ALFADZI AT TAQRIB, kedua AL QAUL AL MUKHTAR FI SYARHI GHOYATIL IKHTISHOR.
***
As Syaikh Al Imam Abu Thoyyib, dan terkenal pula dengan nama Abi Suja’ Syihabul millah wad dien Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Ashfahaniy[5] –semoga Alloh memperbanyak curahan rahmat dan keridlhoan kepadanya, dan menempatkannya di surga tertinggi– berkata:
[Bismillahirrohmaanirrohim] Aku memulai tulisan ini[6], Alloh[7] merupakan nama bagi Dzat Yang Wajib Adanya ‘wajibul wujud’[8]. Ar Rohman lebih menyampaikan daripada Ar Rohim[9].
[Al Hamdu] merupakan pujian kepada Alloh Ta’ala dengan keindahan/kebaikan disertai pengagungan[10]. [Robbi] yaitu Yang Maha Menguasai. [Al ‘Aalamin] dengan difatahkan, ia sebagimana pendapat Ibnu Malik : Kata benda jamak yang khusus digunakan bagi yang berakal, bukan seluruhnya. Kata tunggalnya ‘aalam dengan difathahkan huruf lam, ia merupakan nama bagi selain Alloh Ta’ala[11], dan jamaknya khusus bagi yang berakal.
[Dan sholawat Alloh] serta salam [atas pengulu kita, Muhammad sang Nabi] ia dengan hamzah dan tidak dengan hamzah[12] adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan syari’at yang dia beramal dengannya walaupun tidak diperintahkan menyampaikannya, maka jika diperintahkan menyampaikan maka dia Nabi dan Rosul. Maknanya curahkanlah sholawat dan salam kepadanya. Muhammad adalah nama yang diambil dari isim maf’ul al mudlho’af al ‘ain. Dan Nabi merupakan badal dari[nya[13]] atau ‘athof bayan.  [Dan] bagi [keluarganya yang suci], mereka sebagaimana diungkapkan As Syafi’i : Keluarganya yang beriman dari Bani Hasyim dan Bani Al Mutholib, dikatakan dan An Nawawi memilihnya : Mereka adalah seluruh orang muslim. Mudah-mudahan perkataanya ath thohirin diambil dari firmanNya Ta’ala : “dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya” (QS. Al Ahzab : 33). [Dan] bagi [para sahabatnya], ia jamak dari shohibun nabi[14]. Dan perkataanya [seluruhnya] merupakan takid ‘penegas’ dari shohabat.
Kemudian penulis menyebutkan bahwa dia menulis ringkasan ini karena suatu permintaan, dalam perkataannya : [sebagian ‘al asdhiqo’ sahabat-sahabtku memintaku], ia jamak dari shodiiq. Dan perkataanya : [semoga Alloh Ta’ala menjaga mereka], ia merupakan kalimat du’a. [supaya aku membuat suatu ringkasan], ia adalah sesuatu yang sedikit lafadznya dan banyak maknanya [dalam fiqih], ia secara bahasa bermakna pemahaman, adapun secara istilah adalah pengetahuan mengenai hukum-hukum syar’iyah ‘amaliyah yang diusahakan dari dalil-dailnya yang rinci. [Madzhab Al Imam] yang mulia, mujtahid, penolong sunnah dan agama, Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al Abbas bin Utsman bin Syafi’i. [Asy Syafi’i] dilahirkan di Gaza tahun 150 H dan wafat [semoga kepadanya tercurah rahmat dan keridlhoanNya] hari Jum’at akhir bulan Rajab tahun 204 H.
Penulis mensifati ringkasannya dengan ragam sifat, diantaranya [pada puncak ringkasan dan akhir rangkuman] dan kata-kata al ghoyah dan nihayah memiliki kedekatan makna, demikian pula al ikhtisor dan al ijaz, diantara sifatnya pula [mendekatkan pemahaman pada pelajar] kepada cabang fiqih [untuk mempelajarinya dan mempermudah para pemula untuk menghafalnya] yakni menghadirkannya dari hafalan bagi orang-orang yang berkeinginan menghafal ringkasan ilmu fiq. [Dan] sebagian sahabat meminta pula supaya aku [memperbanyak didalamnya] yakni di dalam ringkasan tersebut [pembagian-pembagian] ahkam fiqhiyyah [dan] dari [membatasi] yakni seksama [dalam menentukan] yang wajib, mandzub dan selain keduanya. [Maka aku berkeinginan mengabulkan pada] permintaannya karena [mengharap pahala] dari Alloh Ta’ala atas usaha menulis ringkasan ini. [Harapan hanya kepada Alloh yang maha suci lagi maha tinggi] di dalam bantuan –dari keutamaanNya– untuk menuntaskan ringkasan ini, dan [harapan pula hanya kepada Alloh, untuk mendafatkan taufiq pada kebenaran], ia merupakan lawan dari salah. [SesungguhNya] Ta’ala [atas segala sesuatu yang dikehendakiNya[15]] yakni diinginkannya [Maha Mampu] yakni Maha Sanggup [dan Dia kepada para hambanya Maha Lembut lagi Maha Mengetahui] keadaan para hambanya. Yang pertama diambil dari firmanNya Ta’ala “Alloh Maha Lembut kepada para hambanya” (QS. Asy Syuro : 19), yang kedua diambil dari firmanNya Ta’ala “Dan Dia Maha Bijaksana lgi Maha Mengetahui” (QS. Al An’am : 18), al lathif dan al Khobir merupakan dua nama diantara nama-nama Alloh Ta’ala. Makna yang pertama ‘al lathif’ yang mengetahui segala sesuatu secara detil dan permasalahan-permasalahannya, ia kadang dimutlakan pula pada makna Maha lembut kepada mereka, maka Alloh Maha Mengetahui tentang para hambanya dan tempat-tempat kebutuhan/kehendak/keinginan mereka lagi Maha lembut kepada mereka. Makna yang kedua memiliki kedekatan makna dengan yang pertama, dikatakan : khobartu asysyaia akhbarohu fa anaa bihi khobiirun, yakni mengetahui.
***

 
[1] Syaikh merupakan masdar dari syaa-kho, dikatakan syaa-ko – yasyii-ku – syaikhon, ia secara bahasa orang yang telah melewati usia empat puluh tahun. Manusia selama berada di perut ibunya dinamakan janin, karena tersembunyi dan terhalanginya, setelah dilahirkan disebut athiflu, dzuriyyah, dan shobiy. Setelah baligh disebut syaab dan fataa. Setelah usia tigapuluh tahun disebut kahul. Setelah empat puluh tahun jika laki-laki disebut syaikh, dan bila perempuan disebut syaikhoh. Adapun secara istilah adalah orang yang telah mencapai kedudukan oranr-orang yang memiliki keutamaan, walaupun masih anak-anak. (Lihat Hasyiyah Baajuuriy Qosim, Daaru Ihya al Kutub al ‘Arobiyyah, h. 3).
[2] Secara bahasa al muttaba’ (yang diikuti), adapun secara istilah orang yang sah untuk dijadikan contoh. (ibid).
[3] Maknanya yang memiliki banyak ilmu. (ibid).
[4] Beliau wafat pada tahun 918 H.
[5] Qodiy Abu Suja lahir pada tahun 434 H (1041 M), dan wafat tahun 592 H (1197 M) semoga Alloh merahmati dan meninggikan derajatnya, Amin
[6] Penulis rohimahulloh memulai risalahnya dengan bismillah karena :
  1. Mengikuti kitab Alloh Ta’ala, ia merupakan ayat pertama dari surat al Fatihah, bagian dari surat an Naml dan merupakan ayat mustaqillah dari surat-surat yang lainnya; yakni sebagai pemisah diantara surat, kecuali antara surat al Anfal dan surat Al Baroah.
  2. Mengikuti sunnah Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam, sebagimana dalam sahih al Bukhori hadits dari Abi Sufyan tentang surat baginda sholallohu ‘alaihi wa sallam kepada pemdesar negeri Romwai, demikian pula hadits Miswar tentang perjanjian Hudaibiyah.
  3. Mengikuti kebiasaan para Imam dalam menulis kitab dan risalah, demikian diungkapkan Ibnu Hajar Al Asqolaniy dalam Fathul Bari Syarh Sahih Al Bukhori[6].
Adapun hadits yang menyebutkan : “Setiap urusan penting yang tidak diawali dengan bismillahirrohmanirrohim maka terputus” dan yang semakna atau semisal dengannya maka haditsnya Dlhoif/lemah. Diantara yang menghukuminya Al Hafidz Ibnu Hajar As Syafi’i, As Syakhowiy dan yang lain-lainnya.
Hukum Membaca Bismillah.
Ia terbagi pada hukum yang lima :
  1. Sunnah dalam segala urusan yang memiliki nilai penting, kita tidak menyandarkannya pada hadits di atas, namun sebagai bentuk ikutan pada perbuatan Rosul dan kebiasaan para ulama; pewaris para nabi. Dan yang pertama menulis kalimat bismillahirrohmanirrohim secara lengkap pada permulaan risalah/surat nabi Sulaiman ‘alaihissalam.
  2. Haram tatkala akan mengerjakan sesuatu yang haram secara dzatnya, seperti tatkala akan minum khomr/minuman memabukan, zina dan lain sebagainya. Bahkan dikhawatirkan riddahnya karena ada bentuk pelecehan pada kalimat bissmillah itu sendiri.
  3. Makruh tatkala akan mengerjakan yang makruh secara dzatnya, seperti tatkala mau merokok bagi yang berpendapat makruhnya. Atau tatkala akan melihat kemaluan istrinya menurut madzhab; namun pendapat ini lemah, akan datang penjelasannya pada Kitab Nikah insya Alloh.
  4. Wajib ketika sedang sholat, karena ia bagian dari surat al Fatihah.
  5. Mubah ketika akan mengerjakan sesuatu yang tidak memiliki nilai penting, seperti ketika akan memindahkan barang dan yang lain-lainnya.
Demikianlah diantara penjelasan yang disampaikan sebagian para ulama, semoga Alloh merahmati yang telah meninggal dunia, dan menjaga yang masih di hidup di alam fana.
[7] Lafadz الله merupakan a’rofu lma’arif ‘alal ithlaq, yakni  nama yang paling diketahui disemua tempat dan waktu; sehingga ketika disebutkan nama الله maka pikiran-pun mengerti tentang siapakah Dia; Dia-lah Alloh Rabb semesta Alam; Pencipta, Pengatur Alam Semesta, Pemberi Rizki; Serta Dia-lah yang berhaq di sembah. Dikatakan pula lafadz الله  merupakan ismun ‘a-dzom, karena ia merupakan nama yang paling banyak disebutkan di dalam al Qur’an, atau karena setiap nama yang datang setelahnya merupakan sifat baginya.
[8] Sebagaimana telah diketahui oleh para pencari ilmu, tatkala kita beriman kepada Alloh maka kita menetapkan adanya Alloh Ta’ala, maka ketahuilah bahwa adanya Alloh Ta’ala wajibul wujud li dzatihi, yakni tidak didahului dengan ketiadaan dan tidak diakhiri dengan ketiadaan I. Dia Y merupakan wajibul wujud lidzatihi [ini bab khobar], berbeda dengan makhluk, karena adanya makhluk bukan-lah sesuatu yang wajib dan bukan pula sesuatu yang terlarang; Karena, andaikan saja adanya makhluk itu merupakan sesuatu yang wajib maka tidak akan didahului dengan ketiadaan, ketiadaan yang mendahului adanya makhluk merupakan petunjuk bahwa keberadaannya itu bukanlah sesuatu yang wajib, bahkan merupakan sesuatu yang jaiz (boleh), (dan) bukan pula sesuatu yang terlarang; Karena Alloh telah menciptakan dan mengadakannya. Maka sesuatu yang mumtani’ (terlarang) tidak dijadikan\diciptakan, maka ini menunjukan bahwa adanya makhluk merupakan wujudun jaizun (adanya itu merupakan sesuatu yang boleh), ketiadaan telah mendahuluinya, ketiadaan akan menjumpainya, kelemahan dan kekurangan akan menyertainya.
[9] Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berpendapat bahwa [الرحمن] menunjukkan atas sifat yang ada pada Dzat U. Adapun [الرحيم] adalah menunjukkan pada keterkaitannya dengan yang dirahmati; Oleh karenanya tidaklah terdapat di dalam Al-Qur’an nama Ar-rohman dalam kedaan muta’adi; Alloh U berfirman : (( وكان الله بالمؤمنين رحيما )) [Al Ahzab : 43]. Dan tidaklah dikatakan “ رحمانا ”. Inilah sebaik-baik pendapat yang dikatakan dalam masalah perbedaan antara keduanya.
[10] ( ال ) Alif dan lam” dalam kata الحمد adalah lil-istighroq. Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa ال tersebut liljinsi, maknanya : Bahwa seluruh (jenis) pujian yang sempurna adalah bagi Alloh; Jika demikian, maka mengandung konsekwensi tetapnya segala yang dipuji dari sifat-sifat yang sempurna nan Maha Indah bagi Alloh U.
Dimanakah Alloh dipuji ?. Imam As Syanqhity rohimahulloh ketika menafsirkan surat Al Fatihah berkata : “Dalam hamd (pujian) di sini tidak disebutkan dzorof  zaman atau pun dzorof makan. Telah disebutkan dalam surat Ar Rum bahwa dzhorof makan-nya adalah langit dan bumi : “Baginyalah  pujian di langit dan di bumi”; Disebutkan pula dalam surat Al Qhosos bahwa dzhorof-nya adalah dzhorof zaman, yakni di dunia dan di akhirat, Dia U berfirman : “Dan Dia-lah Alloh yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia, bagi-Nya lah pujian di dunia dan di akhirat.
Ragam pujian terkumpul dalam lima simpul :
  1. Alloh jalla wa ‘ala terpuji dalam kemandirian dalam rububiyahNya yang tiada sekutu baginya; dan terpuji pula dalam jejak-jejak rububiyahNya pada seluruh makhluknya.
  2. Alloh jalla wa ‘ala terpuji dalam uluhiyyahNya (hak-hak ketuhanan) dari seluruh makhlukNya; Dan Alloh-lah satu-satunya yang berhak untuk disembah, tanpa sekutu di dalamya.
  3. Alloh jalla wa ‘ala terpuji dikarenakan nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang tinggi.
  4. Alloh jalla wa ‘ala dipuji karena syari’at, perintah dan larangan-Nya.
  5. Alloh jalla wa ‘ala terpuji dalam ketentuan-ketentuan dan taqdir-Nya serta semua hal yang bejalan dalam sunnah kauniyahnya (hukum alam –pen).
Perbedaan Antara Hamdu dengan Madhu. Al Hamdu mengabarkan kebaikan yang dipuji dengan disertai kecintaan dan pengagungan. Sedangkan Al Madhu hanya mengabarkan saja tanpa dibarengi dengan kecintaan dan pengagungan.
Perbedaan Antara hamad (pujian) dan tsana (sanjungan). Sebagian para ulama tidak membedakan antara hamd dengan tsana. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rohimahulloh berkata : “Al-hamdu adalah mensifati yang dipuji dengan kesempurnaan dibarengi dengan kecintaan dan pengagungan, jika sifat kesempurnaan itu diulang maka menjadi tsana (sanjungan).
[11] (عالم) ‘aalam’, ia merupakan isim jenis, ia bisa jadi mustaq dari ‘alamah atau dari kata ‘ilmu. Keduanya merupakan makna yang bisa diterima, sebagimana diungkapkan oleh al Baghowi rohimahulloh dalam kitab tafsirnya. Jika di ambil dari yang pertama maka dikatakan : ‘Alam merupakan ‘alamah (tanda) adanya Alloh Ta’ala. Jika di ambil dari yang kedua (‘ilmu) maka dikatakan : Dengan adanya alam manusia menjadi tahu adanya Alloh subhanahu wa Ta’ala, atau : «Alloh tidak menciptakan ‘alam kecuali dilandasi ilmu yang sempurna». Kedua makna ini sahih/benar.
[12] Bila dengan hamzah maka yang dimaksud (النبيء) maka ia diambil dari (النبأ) an-naba yang berarti al khobar ‘berita ; Karena nabi dikabari dan mengabarkan, dikabari dari sisi Alloh dan mengabarkan kepada makhluk. Bila tanpa hamzah maksudnya (النبي), ia diambil dari (النبوة) yang bermakna (الإرتفاع) al irtifa’, karena nabi memiliki kedudukan yang tinggi. Jadi kedua makna ini bisa dipakai. Allohu ‘alam.
[13] Yakni penegas dari kata Muhammad.
[14] Setiap orang yang pernah berkumpul dengan nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan seperti itu, walaupun pernah diselangi dengan riddah.
[15] Perkataan penulis rohimahulloh : Sesungguhnya Dia (Alloh Ta’ala) atas setiap yang dikehendakiNya Maha Mampu. Alangkah baiknya jika penulis mengatakan : « Sesungguhnya Alloh Maha Mampu Atas Segala Sesuatu » karena bebrapa alasan :
  • Perkataan : « Sesungguhnya Alloh Maha Mampu Atas Segala Sesuatu » merupakan kalimat yang Alloh sebutkan di dalam al Qur’an, misal lihat surat ath Tholaq : 21.
  • Perkataan seperti ini merupakan perkataan yang terkenal dan dipopulerkan oleh kelompok yang menyimpang. Sedangkan kewajiban kita menyelisihi penyimpangan mereka.
  • Perkataan seperti ini mengandung konsekwensi bathil, yaitu menetapkan bahwa Alloh hanya mampu mengerjakan yang Dia kehendaki, adapun yang tidak dikehendakiNya maka Alloh tidak mampu mengerjakannya. Padahal di dalam ayat Al Qur’an Alloh Ta’ala mengaitkan Maha Mampunya kepada sesuatu yang dikehendaki dan kepada yang tidak dikehendaki terjadinya, silahkan lihat surat Al An’am ayat 65). Perincian masalah ini silahkan merujuk pada penjelasan para ulama salaf dalam kitab-kitab aqidah.https;//www,fathul qorib

khubul waton

Syiir Cinta Tanah Air “Hubbul Wathon” (KH. Abdul Wahab Chasbullah)


Syiir Cinta Tanah Air “Hubbul Wathon”
Oleh: KH. Abdul Wahab Chasbullah

Ya ahlal wathon ya ahlalwathon
Hubbul wathon minal iman
Wahai anak bangsa wahai anak bangsa
Cinta tanah air itu bagian dari iman

Hubbul wathon ya ahlal wathon
Wa la takun ahlal hirman
Cinta tanah air wahai anak bangsa
Dan janganlah kalian menjadi orang yang tertinggal

Innal kamala bil a'mali
Wa laisa dzalika bil aqwaali
Sesungguhnya kesempurnaan (Cinta tanah air) itu diringi perbuatan
tidak hanya sekadar ucapan

Fa'mal tanal ma fil amal 
Wa la takun mahdhol qawal
Berbuatlah, akan kau dapatkan semua angan-angan
Dan jangan hanya bisa berucap belaka

Dunyakumu ma lil maqorr 
Wa innama hiy lil mamarr
Duniamu hanyalah tempat untuk lewat
Bukan tempat untuk menetap

Fa'mal bimal maula amar
Wala takun baqorozzimar
Maka amalkan apapun perintah Tuhan
Dan jangan jadi sapi para peniup seruling

Lam ta'lamuu man dawwaruu
Lam ta'qilu maa ghoyyaru
Kamu tidak tahu siapa yang mengendalikan
Kamu juga tidak mengerti apa saja yang mereka ubah

Aiyna intihau ma sayyaru
Kaifa intihau ma shoyyaru
Tak tahu dimana perjalanan mereka akan terhenti
(Juga) Tak jelas bagaimana semuanya ini akan mereka akhiri

Am humu fihi saaqokum
Ilal madzabihi dzabhakum
Tak tahu, apakah mereka sedang menggiringmu
ke tempat jagal untuk menyembelihmu

Am i'taqoukum uqbaakum
Am yudiymuu a'baakum
Ataukah mereka membebaskan leher kalian
Atau malah melanggengkan beban kalian

Ya ahlal uqul assalimah
Wa alaal qulubi al a'zimah
Wahai yang memiliki akal waras
Wahai yang memiliki hati kokoh

Kuunu bi himmah a'liyah
Wa la takun kassaimah
Tetaplah kalian dengan spirit menggelora
Dan jangan menjadi laksana hewan piaraan

Diterjemah dan dibahasakan oleh:
Habib Abubakar Assegaf, Pasuruan.
Sumber naskah: 

- Museum NU Surabaya.
- http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,48-id,46499-lang,id-c,puisi-t,Syair+Cinta+Tanah+Air+KH+Wahab+Chasbullah-.phpx